Rabu, 21 November 2012

BIOGRAFI MANSUR SAMIN


MANSUR SAMIN
Mansur samin adalah seorang penyair, teaterawan, juga beberapa kali terlibat dunia film. Mansur Samin merupakan adik kandung H. Ali Husin Samin Sirgegar – ayah Ahmad Samin Siregar. Samin merupakan nama kakek Ahmad Samin Siregar.
Mansur Samin lahir diBatangtoru, Tapanuli Selatan 14 mei 1945, beliau pergi meninggalkan banyak torehan karya yang termaktub pada sejumlah buku, antara lain kamus Bahasa Angkola/ mandailing-Indonesia(1978), kumpulan terjemahan sastra angkola/mandailing (1992), Morfologi dan Sintaksis Bahasa Nias  (1984), kamus isitilah seni drama (1985), kamus Karo-Indonesia (1985), khazanah, biografi sastrawan Sumatera utara (1986), struktur sastra lisan Melayu Serdang (1990) dan sastra lisan karo  (1993), apresiasi puisi (1994) dan Genta, Guru Besar dan Sarjana USU Baca Puisi, kumpulan Puisi dan Essay (1997).
Beliau juga banyak menulis drama dan cerita anak-anak. Karya-karyanya: Perlawanan (1966), Kebinasaan Negeri Senja (1968), Tanah Air (1969), Dendang Kabut Senja (1988), Sajak-sajak Putih (1996), Sontanglelo (1996), Srabara (1996). Ia juga banyak menulis cerita anak-anak, yaitu: Hadiah Alam, Hidup adalah Kerja, Kesukaran Terkalahkan, Percik Air Batang Toru, Warna dan Kasih, dan Urip yang Tabah.
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air 
PERNYATAAN
(Karya Mansur Samin)

Sebab terlalu lama meminta
tangan terkulai bagai dikoyak
sebab terlalu lama pasrah pada derita
kesetiaan diinjak
Demi amanat dan beban rakyat
kami nyatakan ke seluruh dunia
telah bangkit di tanah air
sebuah aksi perlawanan
terhadap kepalsuan dan kebohongan
yang bersarang dalam kekuasaan
orang-orang pemimpin gadungan
Maka ini pagi
dengan resmi
kamu mulai
aksi demonstrasi
Pernyataan ini
disahkan di Jakarta
kami 
Mahasiswa Indonesia

PIDATO SEORANG DEMONSTRAN
(Karya Mansur Samin)

Mereka telah tembak teman kita
ketika mendobrak sekretariat negara
sekarang jelas bagi saudara
sampai mana kebenaran hukum di Indonesia
Ketika kesukaran tambah menjadi
para menteri sibuk ke luar negeri
tapi korupsi tetap meraja
sebab percaya keadaan berubah
rakyat diam saja
Ketika produksi negara kosong
para pemimpin asyik ngomong
tapi harga-harga terus menanjak
sebab percaya diatasi dengan mupakat
rakyat diam saja
Di masa gestok rakyat dibunuh
para menteri saling menuduh
kaum penjilat mulai beraksi
maka fitnah makin berjangkit
toh rakyat masih terus diam saja
Mereka diupah oleh jerih orang tua kita
tapi tak tahu cara terima kasih, bahkan memfitnah
Kita dituduh mendongkel wibawa kepala negara
apakah kita masih terus diam saja?


    NOVEMBER
Oleh : Mansur Samin
Seperti pelancong larut dari perjalanan jauh 
dibebani semua hasrat bermakna mimpi 
kami hadir di November ini 
membawa rahasia keharusan untuk ditanya 
dekatlah kemari ke denyut kehidupan ini 
dengar, dari kerinduan tanah air kami mulai
di tepi harapan sepanjang malam 
pertanyaan makin tumpul dalam diri 
adakah kepercayaan melahirkan pegangan 
sedang pasar, gudang , kantor dan pabean 
telah lam aluput tangkapan 
karena berlaku hukum kediam-diaman
Bukan tidak percaya kami bertanya 
sebab kami cinta apa yang kami yakini 
jangan biarkan kami sendiri 
mengadu pada arti November ini 
bukankah bertahun semua tarohan siap merana 
untuk kemenangan yang sama kita percaya
Seperti penanggung rindu kami datang kesampingmu 
minta disingkap tabir rahasia itu 
tuan-tuanlah pengemudi tanah air 
sari kehidupan hasrat mencari 
datanglah ke dapur kami ke baringan anak-anak kami 
gelap dan terang jelaskan o, para budiman 
dasar Kemerdekaan !
Bagaimana pula mendiamkan ini kenyataan 
kerna sarat oleh goda cobaan 
meri tegakan kesini ke November ini 
bersaksi jasa dan nyawa-nyawa yang pergi 
untuk kelanjutan nilai hari datang 
ini kepercayaan jangan tangguhkan tapi lajukan 
sebab nilai kenangan Indonesia 
berakhir pada arti dan jiwa
Gelora, No 19, Th III 
19 Maret 1962

Tidak ada komentar:

Posting Komentar